Posts

Showing posts from June, 2020

MELETAKKAN KEMBALI PONDASI EKONOMI SULSEL. Oleh : a.m.sallatu*

Image
sumberfoto: logovcelebes.id Di saat perekonomian nasional dan wilayah di tanah air menikmati surplus melalui marjin keuntungan selama pertumbuhan ekonomi, petani kecil dan buruh tani nyaris tidak memperoleh tetesan ke bawah secara berarti. Kehidupan mereka tetap pada batas tertinggi tingkat subsisten. Dalam data Susenas yang hampir setiap tahun dirilis, petani kecil dan buruh tani secara laten tergolong ke dalam kelompok pendapatan 40 persen terbawah. Dalam kelompok pendapatan ini, mereka tergolong mayoritas, berdampingan dengan kaum marjinal yang hidup di daerah perkotaan. Di saat Covid19 yang menyebar cepat, mereka ini sudah lama terjerambab lalu kemudian tentu saja semakin terhimpit.   Secara keilmuan, dengan nalar yang logis, bila Covid19 ini merupakan kanker dalam kehidupan petani kecil dan buruh tani, pasti saja sudah didiagnosis pada stadium tinggi. Logikanya, ajal kehidupan mereka tinggal menunggu tarikan nafas terakhir. Oleh karena mereka tidak pernah memiliki kesempatan untuk

Sekolah Favorit dan harapan pemerataan kualitas sekolah

Image
sumber foto: freepik.com Kalau kita mau mencari rumah makan yang enak, biasanya kita mencari rekomendasi dari teman atau kalau sudah dijalan maka kita default mencari rumah makan yang ramai pengunjung. Karena dengan ramai pengunjung hampir bisa dipastikan rumah makan itu enak makanannya (bisa jadi juga faktor lain semisal bersih atau pelayanannya yang ramah). Dalam memilih sekolah, mirip tapi tak sama, kita juga mencari sekolah yang banyak pendaftarnya, yang banyak direkomendasikan oleh orang-orang yang kita kenal (keluarga atau teman). Maka berlomba-lombalah kita orang tua mendaftarkan anak kita di sekolah favorit itu. Kita yakin bahwa sekolah itu berkualitas, masa depan anak-anak kita akan cemerlang jika bersekolah disitu.  Bagaimana jika tidak lulus? apakah kita harus larut dalam kesedihan? apakah kita harus merasa bahwa anak kita bodoh? apakah kita harus merasa masa depan anak kita akan suram? apakah pihak yang memiliki otoritas merancang dan mengelola sistem pendidikan seperti in

Gelar dan Jabatan Bisa Jadi Pembatas Menikmati Hidup

Image
sumber foto: freepik.com Sebelum memulai satu pelatihan yang saya fasilitasi, saya diberi tahu bahwa ada beberapa peserta yang lebih tua dari saya dan dan beberapa adalah memegang jabatan. Meski sudah punya beberapa pengalaman memfasilitasi orang yang lebih tua, lebih pintar dan pejabat, tapi saya merasa tertantang dan percaya diri. Oh iya, saya selalu lebih percaya diri sebagai fasilitator dibanding narasumber (belakangan disebut narazoomer ) karena sebagai fasilitator saya tidak harus lebih pintar dari peserta, karena saya bukan narasumber/ahli yang mau datang memberi tahu mana yang benar.   Seperti biasa, diawal pelatihan (yang akan berlangsung 4 hari) sy bilang "semoga kita semua disini mau bersepakat bahwa kita semua setara, minimal didalam ruangan ini. Saya berdiri bukan karena lebih pintar. Oleh karena itu, kalo memungkinkan saya sarankan segala gelar akademik, jabatan dst, kita titip di meja resepsionis dulu didepan (menunjuk meja didepan ruangan) nanti kalo keluar bisa di

Bawa Pulang Jenazah PDP atau Protokol Covid19. Mana yang benar?

Image
Sumber gambar: tirto.id Sampai tulisan ini dibuat, bisa kita bilang " only in Makassar " dimana ada jenazah PDP dibawa pulang oleh keluarga dengan beberapa argumentasi, satu diantaranya adalah bahwa jenazah meninggal bukan karena covid19 sehingga bisa dimakamkan secara "layak" oleh keluarga. Saya yakin ada argumentasi lainnya lagi.  Diwaktu yang lain lagi, kita disuguhi cerita penggalan video yang memperlihatkan adegan dimana tenaga kesehatan seolah tidak berprikemanusiaan memperlakukan pasien pun juga keluarga pasien. Dalam ngobrol santai dengan teman, menurut kami agak sulit untuk menyalahkan kedua pihak. Satu pihak ingin memakamkan keluarganya secara ‘layak’, meskipun itu harus dengan membawa lari jenazah PDP, di sisi lain pihak tenaga kesehatan harus mengamankan jenazah PDP karena berpotensi untuk menulari orang lain, jadi sebenarnya tenaga kesehatan ingin menjaga orang-orang yang masih hidup. Kita bisa saja menerka-menerka titik masalahnya dimana: informasi dan